Selasa, 30 Oktober 2012

PERANAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DALAM ERA GLOBALISASI


A.       Jati Diri Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi.

Dalam era globalisasi ini, jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap warga negara Indonesia. Hal ini diperlukan agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh dan budaya asing yang jelas-jelas tidak sesuai dan (bahkan) tidak cocok dengan bahasa dan budaya bangsa Indonesia. Pengaruh dari luar atau pengaruh asing ini sangat besar kemungkinannya terjadi pada era globalisasi ini. Batas antarnegara yang sudah tidak jelas dan tidak ada lagi, serta pengaruh alat komunikasi yang begitu canggih harus dihadapi dengan mempertahankan jati diri bangsa Indonesia, termasuk jati diri bahasa Indonesia. Sudah barang tentu, hal ini semua menyangkut tentang kedisiplinan berbahasa nasional, yaitu pematuhan aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa Indonesia dengan memperhatikan siatuasi dan kondisi pemakaiannya. Dengan kata lain, pemakai bahasa Indonesia yang berdisiplin adalah pemakai bahasa Indonesia yang patuh terhadap semua kaidah atau aturan pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi dan kondisinya.

Setiap warga negara Indonesia, sebagai warga masyarakat, pada dasarnya adalah pembina bahasa Indonesia. Hal ini tidak berlebihan karena tujuan utama pembinaan bahasa Indonesia ialah menumbuhkan dan membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Untuk menyatakan sikap positif ini dapat dilakukan dengan (1) sikap kesetiaan berbahasa Indonesia dan (2) sikap kebanggaan berbahasa Indonesia. Sikap kesetiaan berbahasa Indonesia teruangkap jika bangsa Indonesia lebih suka memakai bahasa Indonesia daripada bahasa asing dan bersedia menjaga agar pengaruh asing tidak terlalu berlebihan. Sikap kebanggan berbahasa Indonesia terungkap melalui kesadaran bahwa bahasa Indonesia pun mampu mengungkapkan konsep yang rumit secara cermat dan dapat mengungkapkan isi hati yang sehalus-halusnya. Yang perlu dipahami adalah sikap positif terhadap bahasa Indonesia ini tidak berarti sikap berbahasa yang tertutup dan kaku. Bangsa Indonesia tidak mungkin menuntut kemurnian bahasa Indonesia (sebagaimana aliran purisme) dan menutup diri dari saling pengaruh dengan bahasa daerah dan bahasa asing. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus bisa membedakan mana pengaruh yang positif dan mana pengaruh yang negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Sikap positif seperti inilah yang bisa menanamkan percaya diri bangsa Indonesia bahwa bahasa Indonesia itu tidak ada bedanya dengan bahasa asing lain. Masing-masing bahasa mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Sikap positif terhadap bahasa Indonesia memberikan sumbangan yang signifikan bagi terciptanya disiplin berbahasa Indonesia. Selanjutnya, disiplin berbahasa Indonesia akan membantu bangsa Indonesia untuk mempertahankan dirinya dari pengaruh negatif asing atas kepribadiannya sendiri. Hal ini sangat diperlukan untuk menghadapi pergaulan antarbangsa dan era globalisasi ini.

Di samping itu, disiplin berbahasa nasional juga menunjukkan rasa cinta kepada bahasa, tanah air, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setiap warga negara Indonesia mesti bangga mempunyai bahasa Indonesia dan lalu menggunakannya dengan baik dan benar. Rasa kebanggaan ini pulalah yang dapat menimbulkan rasa nasionalisme dan rasa cinta tanah air yang mendalam. Setiap warga negara yang baik mesti malu apabila tidak dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Sikap pemakai bahasa Indonesia demikian ini merupakan sikap yang positif, baik, dan terpuji. Sebaliknya, apabila yang muncul adalah sikap yang negatif, tidak baik, dan tidak terpuji, akan berdampak pada pemakaian bahasa Indonesia yang kurang terbina dengan baik. Mereka menggunakan bahasa Indonesia “asal orang mengerti”. Muncullah pemakaian bahasa Indonesia sejenis bahasa prokem, bahasa plesetan, dan bahasa jenis lain yang tidak mendukung perkembangan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Mereka tidak lagi memperdulikan pembinaan bahasa Indonesia. Padalah, pemakai bahasa Indonesia mengenal ungkapan “Bahasa menunjukkan bangsa”, yang membaw pengertian bahwa bahasa yang digunakan akan menunjukkan jalan pikiran si pemakai bahasa itu. Apabila pemakai bahasa kurang berdisiplin dalam berbahasa, berarti pemakai bahasa itu pun kurang berdisiplin dalam berpikir. Akibat lebih lanjut bisa diduga bahwa sikap pemakai bahasa itu dalam kehidupan sehari-hari pun akan kurang berdisiplin. Padahal, kedisiplinan itu sangat diperlukan pada era globalisasi ini. Lebih jauh, apabila bangsa Indonesia tidak berdisiplin dalam segala segi kehidupan akan mengakibatkan kekacauan cara berpikir dan tata kehidupan bangsa Indonesia. Apabila hal ini terjadi, kemajuan bangsa Indonesia pasti terhambat dan akan kalah bersaing dengan bangsa lain.

Era globalisasi merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat mempertahankan diri di tengah-tengah pergaulan antarbangsa yang sangat rumit. Untuk itu, bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri dengan baik dan penuh perhitungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah masalah jati diri bangsa yang diperlihatkan melalui jati diri bahasa. Jati diri bahasa Indonesia memperlihatkan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang sederhana, Tatabahasanya mempunyai sistem sederhana, mudah dipelajari, dan tidak rumit. Kesederhanaan dan ketidakrumitan inilah salah satu hal yang mempermudah bangsa asing ketika mempelajari bahasa Indonesia. Setiap bangsa asing yang mempelajari bahasa Indonesia dapat menguasai dalam waktu yang cukup singkat. Namun, kesederhaan dan ketidakrumitan tersebut tidak mengurangi kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dalam pergaulan dan dunia kehidupan bangsa Indonesia di tengah-tengah pergaulan antarbangsa. Bahasa Indonesia telah membuktikan diri dapat dipergunakan untuk menyampaikan pikiran-pikiran yang rumit dalam ilmu pengetahuan dengan jernih, jelas, teratur, dan tepat. Bahasa Indonesia menjadi ciri budaya bangsa Indonesia yang dapat diandalkan di tengah-tengah pergaulan antarbangsa pada era globalisasi ini. Bahkan, bahasa Indonesia pun saat ini menjadi bahan pembelajaran di negara-negara asing seperti Australia, Belanda, Jepang, Amerika Serikat, Inggris, Cina, dan Korea Selatan.

B.       Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi.

Dalam menghadapi era global saat ini, tampaknya kita harus berbenah untuk menghadapi berbagai fenomena yang terjadi. Tujuan pembelajaran bahasa yang mengarah pada penggunaan bahasa perlu mendapat pencermatan kita. Saat ini perhatian para guru bahasa Indonesia tertuju pada upaya menerampilkan siswa dalam penggunaan bahasa Indonesia. Pertanyaan kritis untuk kondisi seperti itu adalah apakah kita akan berhenti melakukan upaya dalam pembelajaran bahasa manakalah para siswa terampil menggunakan bahasa.
Pada era global diperlukan pikiran-pikiran kritis dan kreatif. Kemampuan berpikir tersebut perlu mendapat perhatian para pendidik, termasuk guru bahasa Indonesia. Untuk itu, pembelajaran bahasa Indonesia saat ini tidak sekadar mencapai keterampilan berbahasa Indonesia, tetapi juga mengarah pada peningkatan kemampuan berpikir tersebut. Dengan kata lain, sudah saatnya kita bertanya diri apa yang bisa kita berikan untuk menjadikan siswa berpikir kritis dan kreatif melalui pembelajaran bahasa Indonesia.
Berpikir kritis merupakan salah satu kegiatan manusia yang saat ini sangat diperlukan untuk mengembangkan berbagai segi kehidupan, baik sosial, budaya, maupun teknologi. Alvino (dalam Cotton,1991) menyatakan bahwa, “berpikir kritis adalah proses menentukan kebenaran, ketepatan, atau penilaian terhadap sesuatu yang ditandai dengan mencari alasan dan alternatif, dan mengubah pandangan seseorang berdasarkan bukti”. Scriven & Paul (dalam Cotton,1991; Piaw, 2004:66) memberikan batasan terhadap berpikir kritis sebagai salah satu model berpikir tentang suatu subjek, isi, atau masalah – yang digunakan oleh seseorang untuk meningkatkan kualitas berpikirnya melalui penggunaan struktur berpikir secara cekatan dan menentukan standar intelektualnya. Kedua batasan tersebut memunculkan pemahaman bahwa berpikir kritis terkait dengan logika. Lebih lanjut Alvino menyatakan bahwa berpikir kritis disebut juga berpikir logis dan berpikir analitis.
Alvino membatasi berpikir kreatif sebagai cara melihat dan melakukan sesuatu yang baru yang ditandai dengan kelancaran (menghasilkan banyak gagasan), kelenturan (mengubah pandangan secara mudah), keaslian (memiliki kebaruan), dan elaborasi (membangun berbagai gagasan). Facione (1998) menyatakan bahwa berpikir kreatif atau berpikir inovatif adalah sejenis berpikir yang menimbulkan wawasan baru, pendekatan baru, perspektif yang segar, yang semuanya merupakan cara-cara baru untuk memahami dan menyusun sesuatu. Secara singkat Smalling (dalam Cotton,1991) memberikan batasan bahwa creative thinking is the ability to invent original ideas for accomplishing goals.

Ketiga batasan tersebut terkait dengan unsur “baru”. Unsur ini menjadi penanda kreativitas. Unsur “baru” dalam produk kreatif ini tidak berarti harus “baru sama sekali”. Unsur 5 ini dapat dihasilkan dari proses kombinasi, penggabungan, atau penyusunan kembali gagasan. Dengan demikian, “kebaruan” lebih dekat dengan pertimbangan dari sudut pengalaman pencipta. Selain itu, bukan berarti produk kreatif hanya didasarkan pada unsur “baru” tanpa mempertimbangkan proses berpikir yang melahirkan kebaruan tersebut. Produk kreatif lahir dari proses berpikir yang melibatkan juga struktur berpikir logis sehingga “keanehan”, “keunikan”, dan “keganjilan” masih dapat dijelaskan secara rasional. Misalnya, robot sebagai produk kreatif di bidang teknologi, baik dalam penciptaannya maupun operasinya menggunakan prinsip-prinsip logika teknologi.

Kedua jenis berpikir tersebut sangat tepat untuk mendedah pembelajaran bahasa Indonesia saat ini. Mari kita tafakur: sudahkah kita mengarahkan pembelajaran bahasa Indonesia untuk menjadikan siswa mampu berpikir kritis dan kreatif sehingga mereka dapat menghadapi berbagai tantangan dalam era global saat ini; bagaimana caranya sehingga pembelajaran bahasa Indonesia mampu menggerakkan pikiran kritis dan kreatif siswa.

C.       Faktor Penghambat dan Pendukung.

Pembelajaran bahasa Indonesia saat ini, belum menuju pada pembentukan kedua pola berpikir tersebut. Para guru masih sibuk memikirkan pencapaian berbagai kompetensi yang dituntut KTSP sehingga pembelajaran yang berlangsung belum menembus hakikat pembentukan pola berpikir. Agar pembelajaran bahasa Indonesia masuk ke zona pembentukan pola berpikir, teknik-teknik pembelajarannya perlu dikokohkan. Armstrong (2009:vii) menyatakan bahwa sarana berpikir kreatif membantu menyatukan fungsi hemisfer kanan –kiri, memperkuat, dan mengintegrasikan proses berpikir secara serempak, tetapi bertahap. Lebih lanjut Armstrong menawarkan teknik pembelajaran melalui solusi seluruh otak (The Whole –Brain Solution).

Dalam pembelajaran mendengarkan dan membaca teknik pembelajarannya harus sampai pada siswa mampu menemukan strategi informasi yang ditangkapnya bukan hanya siswa mampu mengingat dan menemukan pokok-pokok pikiran. Jika sampai pada penemuan strategi informasi siswa dapat berpikir kritis dan kreatif mengenai pokok pikiran yang disampaikan, pengurutan pokok pikiran, dan pandangan yang melatarbelakanginya.

Dalam pembelajaran berbicara siswa diharapkan mampu menyampaikan pikiran-pikiran kritis dan kreatif dalam menghadapi berbagai fenomena kehidupan. Teknik pembelajaran yang digunakan sebaiknya mengarah pada teknik seminar sehingga para siswa disiapkan untuk menemukan topik, mengunduh informasi, meramu gagasan, dan mempresentasikan pikiran-pikiran kritis dan kreatif, baik pada kelas kecil maupun pada kelas besar. Dengan penguatan seperti itu pembelajaran bahasa dapat berkiprah pada pemecahan masalah yang terjadi dalam kehidupan.

Dalam pembelajaran menulis para siswa harus mampu menyajikan berbagai tulisannya untuk menjawab tantangan zaman. Penelusuran topik, penemuan masalah, dan pemecahan masalah harus menjadi bagian yang tak terpisahkan. Tulisan para siswa harus mendapat apresiasi untuk dapat disajikan dalam berbagai forum atau penerbitan. Dengan demikian, pembelajaran bahasa Indonesia mampu membentuk keberanian siswa untuk menyampaikan pikiran kritis dan kreatifnya.

Dalam pembelajaran kemampuan bersastra para siswa diarahkan untuk mampu menyelami karya sastra (bukan hanya persoalan unsur intrinsik, melainkan juga unsur ekstrinsiknya). Dalam hal memahami unsur intrinsik, kepahaman para siswa bukan hanya sebatas menemukan unsur intrinsik, melainkan juga diajak untuk menembus batas-batasnya sehingga diperlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatifnya. Dalam hal memahami unsur ekstrinsik, para siswa diajak untuk mampu melihat nilai-nilai yang terkandung di dalam karya sastra sehingga mereka dapat memberikan pertimbangan mengenai kualitas kehidupan manusia. .

Tanggung jawab terhadap perkembangan bahasa Indonesia terletak di tangan pemakai bahasa Indonesia sendiri. Baik buruknya, maju mundurnya, dan tertatur kacaunya bahasa Indonesia merupakan tanggung jawab setiap orang yang mengaku sebagai warga negara Indonesia yang baik. Setiap warga negara Indonesia harus bersama-sama berperan serta dalam membina dan mengembangkan bahasa Indonesia itu ke arah yang positif. Usaha-usaha ini, antara lain dengan meningkatkan kedisiplinan berbahasa Indonesia pada era globalisasi ini, yang sangat ketat dengan persaingan di segala sektor kehidupan. Maju bahasa, majulah bangsa. Kacau bahasa, kacaulah pulalah bangsa. Keadaan ini harus disadari benar oleh setiap warga negara Indonesia sehingga rasa tanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia akan tumbuh dengan subur di sanubari setiap pemakai bahasa Indonesia. Rasa cinta terhadap bahasa Indonesia pun akan bertambah besar dan bertambah mendalam. Sudah barang tentu, ini semuanya merupakan harapan bersama, harapan setiap orang yang mengaku berbangsa Indonesia.

Untuk dapat menembus entitas paparan di atas kita perlu menyiapkan diri menjadi guru yang memiliki kompetensi dan profesional. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa seorang pendidik harus memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran, yaitu (a) kompetensi pedagogik, (b) kompetensi sosial, (c) kompetensi kepribadian, dan (d) kompetensi profesional.



DAFTAR PUSTAKA
Esten, Mursai. 2010. “Bahasa dan Sastra Sebagai Identitas Bangsa Dalam Proses
Globalisasi”. www.susandi.wordpress.com diakses 13 Januari 2010.
Muslich, Masnur. 2006. “Bahasa Indonesia dan Era Globalisasi”.
www.researchengines.com diakses 12 Januari 2010.

Fitur Baru di Windows Phone 8


Microsoft resmi merilis sistem operasi ponsel pintar Windows Phone pada Senin (29/10/2012). Terjadi banyak perubahan pada Windows Phone 8, dibandingkan Windows Phone versi 7.

Kini Windows Phone 8 mendukung penggunaan prosesor multi-core. Tak hanya itu, Microsoft juga mengganti inti program (kernel) pada Windows Phone 8, yang kini memakai kernel yang sama dengan sistem operasi Windows 8 untuk komputer pribadi dan tablet.

Senior Product Manager Windows Phone dari Microsoft Greg Sullivan, sebelumnya pernah mengatakan, ponsel Windows Phone 8 bukan sekadar ponsel pintar yang mampu menjalankan beragam aplikasi. Menurutnya, ponsel Windows Phone 8 adalah sebuah "komputer" yang dapat melakukan panggilan telepon.

Nah, fitur-fitur baru apa saja yang ada di Windows Phone 8? Berikut daftar lengkapnya:

1. Menggunakan kernel Windows NT
Sistem operasi Windows Phone sebelumnya, yaitu versi 7, menggunakan inti program (kernel) Windows CE. Kernel bertugas mengorganisir jalannya beragam aplikasi agar dapat diakses olehhardware. Kernel Windows CE juga digunakan untuk mengembangkan Windows Mobile, sistem operasi ponsel Microsoft sebelum Windows Phone 7.

Nah, di Windows Phone 8, Microsoft memutuskan untuk tak lagi menggunakan kernel Windows CE. Windows Phone 8 akhirnya menggunakan kernel Windows NT, sebuah kernel yang juga digunakan di sistem operasi Windows 8 untuk komputer dan tablet.

Inilah sebabnya mengapa ponsel pintar yang sebelumnya menggunakan Windows Phone 7, termasuk Nokia Lumia 900, tidak dapat diperbarui ke Windows Phone 8.

Dengan adanya perubahan ini, pengembang aplikasi Windows diharapkan mau membuat aplikasi untuk Windows Phone 8. Pengembangan aplikasi untuk Windows Phone 8 bisa dilakukan dengan beragam bahasa pemrograman.

2. Mendukung prosesor multi-core
Windows Phone 8 kini membuka diri untuk menerima hardware prosesor multi core. Ia akan mendukung dual-core dan quad-core. Microsoft juga menyiapkan agar sistem operasinya stabil dalam hal kinerja dan daya tahan baterai.

3. Mendukung tiga resolusi layar

Windows Phone 8 mendukung tiga teknologi resolusi layar, yakni WVGA (800x480 pixel), WXVGA (1280x768 pixel) dan True 720p (1280x720 pixel).

4. Browser Internet Explorer 10
Microsoft mengatakan aplikasi peramban (browser) Internet Explorer 10 (IE 10) di Windows Phone 8, kode-kodenya sangat mirip dengan IE 10 untuk komputer pribadi (PC). Hal ini membawa serta fitur keamanan yang bisa mendeteksi pencurian data online dan filter SmartScreen, yang siap memperingatkan pengguna untuk tidak mengunjungi situs berbahaya.

5. Mendukung penambahan kartu memori eksternal
Selama ini pengguna ponsel pintar Windows Phone 7 selalu mengeluh karena mereka tidak dapat menambah ruang penyimpanan data. Di Windows Phone 8, ponsel pintar ini menyediakan slotMicroSD untuk menambah kapasitas penyimpanan data 16GB, 32GB, bahkan hingga 64GB.

MicroSD akan membantu pengguna ketika ingin mentransfer data dari ponsel ke komputer pribadi.

6. Tampilan baru
Windows Phone 8 mempertahankan tampilan antarmuka bergaya Windows 8 yang punya ciri khas kotak-kotak seperti bentuk lantai, dan berwarna-warni.

Namun, ada sedikit perubahan tampilan di Windows Phone 8. Pertama. tampilan kotak-kotak itu akan memenuhi seluruh layar. Kedua, tampilan itu kini bisa diatur sesuka pengguna, apakah ukuran kotaknya ingin diperkecil atau diperlebar.

7. NFC dan 'dompet mobile'

Windows Phone 8 akan mendukung Near Field Communication (NFC) yang bisa menyediakan layanan "dompet" online untuk penggunanya, serta menawarkan pengalaman membeli suatu benda dengan ponsel pintar.

8. Peta digital

Layanan peta digital Bing Maps yang sebelumnya digunakan di Windows Phone versi 7, akan diganti dengan Nokia Maps. Keputusan ini menunjukkan hubungan "mesra" antara Microsoft dan Nokia, karena Nokia Maps akan tetap ada pada ponsel lain di luar Nokia yang mengadopsi Windows Phone 8.

9. Dukungan penuh untuk Skype
Microsoft akan mengintegrasikan Voice Over Internet Protocol (VoIP) untuk melakukan panggilan atau menjawab panggilan dari aplikasi video call Skype.

10. Menangkap screenshot
Windows Phone 8 kini memiliki kemampuan untuk menangkap layar yang sedang aktif (screenshot), sesuatu yang sebelumnya tak ada di sistem operasi Windows Phone versi 7.

11. Pembaruan software kamera
Pembaruan software kamera pada Windows Phone 8 menyediakan efek instan, dan fitur panorama yang menggunakan teknologi aplikasi Photosynth besutan Microsoft.

Aplikasi kamera juga disertai dengan modus burst, yang memungkinkan pengguna mengambil banyak foto tanpa henti dengan cara menahan tombol rana. Setelah banyak mengambil foto,software kameranya dapat memberi rekomendasi foto terbaik. Namun, besar kemungkinan fitur ini hanya hadir di ponsel Windows Phone tertentu atau yang kelas premium.


Daftar pustaka:

Panji, Aditya."Mengupas Fitur Baru di Windows Phone 8".jakarta.kompas.com,30-Oktober-2012, 17:44 WIB.

Sumber: http://tekno.kompas.com/read/2012/10/30/17441883/Mengupas.Fitur.Baru.di.Windows.Phone.8?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp

Jumat, 05 Oktober 2012

OTOBIOGRAFI ( Tugas Mata Kuliah Interaksi Manusia dan Komputer )

Nama Lengkap saya adalah Angga Kusuma biasa dipanggil dengan sebutan Angga. Saya berjenis kelamin Laki-laki dan lahir pada tanggal 30 Januari 1992 dan saya merupakan anak tunggal dari sebuah kelurga sederhana yang dikepala keluargai oleh bapak Dharma Virya Sutanto dan ibu Siti Aisah. Dan kami tinggal disebuah tempat yang berada di daerah Kota Serang, Banten tepatnya di perumahan Lopang Indah Blok FU 1 No 1, Kecamatan Unyur. Sekolah dasar saya yaitu di SDN 9 Serang lulusan tahun 2004, SMP saya di SMPN 4 Serang lulusan tahun 2007, SMA saya yaitu di SMAN 2 Kota Serang lulusan tahun 2010. 

Hobi saya bermusik entah itu bermain musik, bernyanyi, atau mendengarkannya. Saya suka memainkan gitar dan piano, karena menurut saya dunia tanpa musik itu bagaikan sayur tanpa garam. Tak jauh dari bermusik, hobi saya yang lain adalah menonton film entah itu action atau horror, saya sangat menyukai jenis film tersebut karena memiliki kejutan-kejutan yang tak terduga. Selain itu saya memilki minat di bidang marching band sebagai pemain alat tiup tepatnya baritone sejenis terompet berukuran lebih besar yang telah saya tekuni selama 4 tahun sejak saya duduk di kelas satu SMA hingga tahun 2011 dimana saya dan kawan-kawan marching band mengikuti perlombaan tingkat nasional maupun internasional.

Prestasi-prestasi yang telah saya dan teman-teman saya raih dibidang marching yaitu pada tahun 2009 di Istora Senayan dan menempati posisi tiga besar, dan ditingkat internasional tepatnya di Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun 2011 kami berhasil memasuki lima besar pada saat babak penentuan tepatnya menempati juara keempat.  

Impian saya menjadi seorang ahli komputer diberbagai macam bidang misalnya sebagai networker, programmer, database administrator yang handal. Semoga kerja keras dan usaha yang telah saya lakukan selama ini dapat membuahkan hasil yang sepadan dan dapat membahagiakan kedua orang tua saya kelak.




Kamis, 04 Oktober 2012

Grafik Komputer dan Pengolahan Citra Dalam Kehidupan Sehari-hari

     Mendengar kata grafik komputer dan pengolahan citra pasti membuat kita sedikit bingung untuk membedakan nya , karena memang grafik komputer dan pengolahan citra bukan satu kesatuan tetapi berbeda satu dengan yang lain. Nah di dalam kehidupan sehari hari secara tidak langsung kita dapat menemukan implementasinya , apa saja sih pengaplikasiannya di kehidupan sehari-hari? berikut saya akan menjelaskanya.

     Definisi dari grafik komputer itu sendiri adalah bagian dari ilmu komputer yang berkaitan dengan pembuatan dan manipulasi gambar (visual) secara digital. Bentuk sederhana dari grafika komputer 2D yang kemudian berkembang menjadi grafika 3D, pemrosesan cita dan pengenalan pola (pattern recognition). Grafika komputer sering dikenal juga dengan istilah visualisasi data.

     Sedangkan pengolahan citra terdiri dari definisi dasar yang dipergunakan dalam pengolahan citra , citra adalah gambar dua dimensi yang dihasilkan dari gambar analog dua dimensi yang kontinu menjadi gambar diskrit melalui proses sampling, pengolahan itu sendiri adalah salah satu cabang dari ilmu informatika, pengolahan citra berkutat pada usaha untuk melakukan transformasi suatu citra atau gambar menjadi citra lain dengan menggunakan teknik tertentu.
Setelah kita mengetahui definisi nya mari kita lihat pengaplikasian nya dikehidupan sehari hari :

Grafik komputer dalam kehidupan sehari hari :

> Bidang hiburan, dimana film menggunakan grafik komputer untuk menghasilkan efek animasi yang baik.

> Bidang pendidikan , untuk membantu presentasi siswa secara nyata misalnya melalui power point atau software yang lainnya.

>Computer Art, menghasilkan kartun, layout media cetak, logo, desain interior dan eksterior dll.


>Video game, aplikasi yang beredar dipasaran mulai dari yang sederhana seperti tetris hingga yang rumit 3 dimensi seperti winning eleven.



Pengolahan Citra dalam kehidupan sehari-hari :

>Bidang kesehatan, misalnya rontgen tubuh manusia untuk mengetahui ada kelainan atau tidak.


>Mikroskop elektron, salah satu pengolahan citra dalam ilmu kedokteran.


>Bidang visual, misalnya pemotetran lewat satelit , GPS, foto kamera dll.


Jadi bisa disimpulkan grafik dan pengolahan citra suatu proses menciptakan gambar untuk tujuan analisis atau pengenalan objek yang terkandung didalamnya yang mengandung citra.
Semoga bermanfaat.







Sumber :